Sabtu, 28 Februari 2009

Meramal Kualitas Bunyi Perkutut Dari Katuranggannya

Perkutut lokal sering dikaitkan dengan hal-hal mistis dan dipercaya sanggup membawa keberuntungan atau kesialan. Perkutut lokal sering disebut sebagai Perkutut katuranggan.

Katuranggan sendiri berasal dari bahasa Jawa dari kata "Katur" yang berarti "menyampaikan" dan "Angga" yang berarti "badan". Jadi, Katuranggan ialah pengetahuan untuk memberikan pengertian perihal sifat/karakter dari bentuk badan/fisik dari seekor Perkutut.

Meramal kualitas seekor Perkutut dengan cara melihat Katuranggannya mungkin sudah menjadi tradisi bagi para penggemar Perkutut di Indonesia semenjak jaman dulu, bahkan tidak jarang mengaitkannya dengan hal-hal mistis.

Bagi penggemar burung Perkutut, pemilihan Katuranggan ini menjadi satu hal yang sangat penting selain dari bunyi/suaranya. Hal itu disebabkan lantaran adanya kepercayaan turun temurun dari Leluhur bahwa burung Perkutut ialah burung istimewa yang mempunyai YONI atau kekuatan ghaib yang sanggup membawa keberuntungan dan sanggup juga membawa kesialan bagi pemiliknya.

Sebetulnya Katuranggan tidak sepenuhnya berkaitan dengan hal-hal mistis, lantaran Katuranggan ialah ilmu "titen" atau pengetahuan untuk membaca sifat/karakter dari seekor Perkutut dari bentuk fisiknya. Istilahnya, melihat isi dari kulitnya.

Dengan melihat Perkutut dari Katuranggannya, kita juga sanggup meramalkan bagaimana kualitas Perkutut tersebut, baik dari bunyi maupun performanya.

Berikut ini beberapa katuranggan Perkutut untuk meramal kualitas suaranya:

• Perkutut dengan bentuk kepala "njambe nom" (seperti buah jambe/pinang yang masih muda), diperkirakan kualitas suaranya sanggup maksimal dan keindahan suaranya akan tetap baka dan stabil hingga Perkutut tersebut berusia tua.

• Perkutut dengan bentuk kepala "mbeton nongko" (seperti biji nangka), diperkirakan suaranya akan bertahan hingga tua, tapi kualitas keindahan suaranya tidak sanggup mencapai maksimal.

• Perkutut dengan bentuk kepala "nggobog" (bulat ibarat uang logam), diperkirakan kualitas suaranya akan terus meningkat hingga pada usia tengahan atau 3 rambahan atau sekitar 24 tahun (satu rambahan ialah 8 tahun). Kemudian sesudah itu kualitas suaranya akan terus menurun sesuai dengan umurnya.

• Perkutut dengan bentuk kepala "mbungkul bawang" (seperti siung bawang putih), diperkirakan kualitas suaranya tidak menentu/tidak sanggup stabil, kadang sanggup manis dan mengejutkan dan kadang juga jelek/mlempem.

• Perkutut dengan bentuk kepala "nakir kuwalik" (seperti bentuk takir terbalik, takir ialah kawasan makanan/sesaji di Jawa yang terbuat dari daun pisang berbentuk persegi empat). Perkutut dengan Katuranggan ibarat itu sulit diperlukan bunyi terbaiknya.

• Perkutut yang kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "ngepel" (seperti buah kapel/burahol) dan bentuk badannya "tuntut gedang" atau "njantung pisang" (seperti kuncup bunga pisang), serta bentuk ekornya meruncing dengan garis-garis bulu yang jelas, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) bagus, sanggup terdengar terang dan baik.

• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "nggabah" (seperti gabah atau butiran padi) dan bentuk badannya "nongko sak glundung" (seperti buah nangka), serta bentuk ekornya panjang dengan garis-garis bulu yang terang tapi tumpul, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) agak bagus.

• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "mapah gedang" (seperti pelepah pisang) dan bentuk tubuhnya "mbluluk" (seperti buah kelapa yang masih kecil) serta bentuk ekornya pendek meruncing, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) cukup bagus.

• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya "nglombok gede" (seperti cabai besar) dan bentuk tubuhnya "njagung nglobot" (seperti buah jagung yang belum dikupas kulitnya) serta bentuk ekornya panjang tapi kurang meruncing sehingga bulunya bertumpuk dengan garis-garis kurang jelas, diperkirakan bunyi tengahnya (ketek) kurang bagus.

• Perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya ibarat "nglombok rawit" (seperti cabai rawit) dan bentuk tubuhnya "wungkal gerang" (seperti kerikil asahan pisau yang sudah aus penggalan tengahnya) serta bentuk ekornya mekar ibarat kipas, diperkirakan bunyi bunyi tengahnya (ketek) tidak bagus, tapi kelebihannya mempunyai bunyi yang tebal.

Baca juga:

Mengenal perbedaan Perkutut Lokal dan Perkutut Bangkok

Perawatan yang sempurna untuk Perkutut pada dikala mabung/ngurak

Manfaat kencur dan merica untuk menciptakan Perkutut rajin manggung

Demikian warta perihal "Meramal kualitas bunyi Perkutut dari katuranggannya". Untuk warta lain seputar Perkutut, sanggup dibaca pada artikel suara burung kicau yang lain.

Kunjungi Juga Artikel Ini : Cara mudah Beternak burung kenari
: Tips Panduan Merawat Burung Perkutut

Perkutut Lokal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar